Senin, 08 Juli 2013

Pertempuran Aleppo 2012

 

Pertempuran Aleppo 2012, juga dikenal dengan sebutan "induk dari semua pertempuran" adalah konfrontasi militer yang terjadi di Aleppo, Suriah antara militer Suriah dengan Tentara Pembebasan Suriah. Pertempuran ini dimulai pada tanggal 19 Juli 2012 sebagai bagian dari serangkaian Perang Sipil Suriah. Bentrokan berawal dengan dilancarkannya serangan oleh Tentara Bebas Suriah terhadap kota Aleppo, dimana kota ini merupakan kota terbesar sekaligus pemegang kekuasaan dan pusat ekonomi strategis di Suriah.

Latar Belakang
Demonstrasi besar-besaran terhadap pemerintah Suriah terjadi di Aleppo pada tanggal 20 Juli 2012. Di bagian Aleppo Utara, Tentara Bebas Suriah (TBS) telah mengklaim kontrolnya atas beberapa kota dan distrik, diantaranya Tal Rifaat, Azaz dan Al-Bab. Pertempuran dimulai saat puluhan pemberontak TBS menembus ke dalam kota Aleppo. Para warga kemudian mengecat dinding mereka dengan gambar bendera pra-Ba'athis untuk menyimbolkan revolusi.

Pertempuran
Mayoritas kawasan di Aleppo yang dikuasai para pemberontak dibombardir oleh pasukan pemerintah dan pertempuran lainnya pecah di sejumlah distrik. Pertempuran terbaru ini berlangsung hanya beberapa saat setelah voting Majelis Umum PBB yang mengkritik soal kegagalan Dewan Keamanan untuk bertindak di Suriah. Pusat pertempuran berlangsung di sekitar kawasan selatan Damaskus dimana baku tembak dilaporkan berlangsung di Tadamon, meski sebelumnya telah diserang oleh pasukan pemerintah. Pertempuran juga terjadi di sejumlah bagian di pusat ibukota, dan dilaporkan oleh BBC bahwa pertikaian berikutnya terjadi di bagian barat kota dan di sekitar Dumar. Cuplikan video yang dirilis oleh sebuah lembaga aktivis menunjukkan sebuah jet militer terbang diatas kawasan yang mereka sebut sebagai markas pemberontak di Salah al-Din di Aleppo kemudian diikuti dengan suara ledakan keras. Pemerintah Suriah sejauh ini belum melancarkan serangan terpadu untuk mengusir para pemberontak keluar, meski PBB meyakini bahwa saat ini rezim Bashar al-Assad tengah mengumpulkan pasukan untuk melancarkan serangan guna menguasai kota yang tidak bisa dilepas.

Sementara itu lebih dari 200.000 rakyat Suriah telah meninggalkan Aleppo. Namun menurut PBB, banyak dari penduduk Aleppo yang masih terjebak dan berlindung di gedung-gedung sekolah dan bangunan publik lainnya. Sementara itu, sebuah organisasi yang menamakan diri sebagai pemerhati persoalan HAM Suriah yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa sekitar 135 orang tewas pada pertempuran pada tanggal 1 Agustus, sedangkan organisasi lainnya yaitu Komite Koordinasi Lokal menyebut bahwa lebih dari 170 orang tewas.

Reaksi internasional
Perancis - Kementerian Luar Negeri Perancis mengatakan bahwa "dengan adanya penumpukan senjata berat di sekitar Aleppo, Presiden Suriah, Bashar al-Assad sedang bersiap untuk melakukan pembantaian pada rakyatnya sendiri", sementara Italia dan ketua Dewan Keamanan PBB juga menuduh pemerintah bersiap untuk membantai warga sipil.
  • Rusia - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa "mitra Barat kami beserta beberapa negara tetangga Suriah pada dasarnya mendorong, mendukung dan mengarahkan perjuangan bersenjata untuk melawan rezim". Lavrov juga menambahkan bahwa akan lebih realistis jika Angkatan Bersenjata Suriah tidak melawan ketika pemberontak menduduki Aleppo. "Bagaimana kalian bisa berharap bahwa dalam situasi seperti ini, pemerintah hanya akan berdamai dan berkata 'Baiklah, aku salah. Ayo, jatuhkan saya, dan ubahlah rezim'?"
  • Turki - Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdoğan mendesak tindakan internasional, dan mengatakan bahwa kita tidak mungkin "untuk tetap menjadi penonton" atas pertempuran di Aleppo. Reuters melaporkan bahwa Turki telah bersekutu dengan Arab Saudi dan Qatar untuk memberikan bantuan militer dan komunikasi kepada Tentara Bebas Suriah dengan mendirikan basis di kota Adana. Reuters juga mengutip satu sumber yang berbasis di Doha yang menyatakan bahwa Turki, Qatar dan Arab Saudi telah memberikan bantuan senjata dan pelatihan kepada para pemberontak.
  • Inggris - William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris juga menyatakan bahwa "dunia harus bertindak untuk mencegah pembantaian di Aleppo."
  • Amerika Serikat - Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya mengkhawatirkan akan terjadinya pembantaian baru di Aleppo oleh pemerintah Suriah: "Kekhawatiran kami adalah bahwa kita akan melihat pembantaian di Aleppo dan itulah yang tampaknya dipersiapkan oleh rezim Assad."
Sebelumnya, Rusia dan Cina mengecam resolusi PBB yang dikeluarkan pada tanggal 3 Agustus 2012 dengan mengatakan bahwa resolusi akan menghancurkan upaya perdamaian. Utusan Moskow di PBB, Vitaly Churkin, mengatakan bahwa resolusi PBB berpihak dan mendukung oposisi bersenjata. Sedangkan negara Barat memuji resolusi yang didukung 133 anggota, 12 menolak dan 31 negara absen. Resolusi itu sendiri mengkritik Dewan Keamanan PBB dan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Majelis memperdebatkan resolusi yang diajukan oleh Arab Saudi, sesaat setelah pengunduran diri utusan PBB-Liga Arab Kofi Annan dan kegagalan rencana enam poin perdamaiannya.[26][36]

Di sisi lain, media Iran pada tanggal 30 Juli melaporkan bahwa Pemerintah Iran meminta Turki dan Qatar agar membantu menjamin pembebasan 48 warga negara Iran yang diculik hari Sabtu di Damaskus. Iran mengatakan para korban adalah jemaah Shiah, tetapi komandan Tentara Bebas Suriah menggambarkan mereka sebagai pasukan elit Iran, Garda Revolusi. Atas hal ini, bisa disimpulkan bahwa Iran mendukung pemerintah Suriah, sementara Turki dan Qatar mendukung oposisi Suriah.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar