Selasa, 24 Desember 2013

Sejarah Salib, Swastika, dan Penggunaannya dalam Paganisme dan Kristen



Tulisan di bawah ini tidak bermaksud menyinggung golongan suku, agama, dan ras apapun karena disusun berdasarkan aspek sejarah dan berdasarkan pandangan para sejarawan barat dan Islam tentang Kristen.

Salib adalah lambang yang sangat tua yang terdapat di dunia jauh sebelum lahirnya Nabi Isa atau Yesus. Pada awalnya orang-orang Kristen tidak menggunakan salib sebagai lambing Kekristenan mereka. Benda ini tidak termasuk dalam daftar pertama lambang-lambang Kristen yang disediakan oleh St. Clement. Mulanya yang mereka gunakan justru bintang ikan (Pisces) dan anak domba sebagai lambing Penyelamatnya

Awal mula salib adalah salah satu rasi bintang yang digunakan untuk menandai langit di selatan semenjak zaman awal peradaban manusia. Kemudian oleh kaum-kaum terdahulu yang menyembah bintang salib sebagai lambing bagi para dewa mereka.

Ketika lambing salib akhirnya dipakai, orang-orang Kristen sempat merasa enggan terhadap gambar seorang laki-laki yang tergantung pada salib. Hal ini tidak pernah dilakukan Gereja Kristen sebelum abad ke tujuh.

Faktanya, salib dengan orang tergantung padanya telah dimasukkan oleh orang Romawi dari India berabad-abad sebelum zaman Kristen.

Walker berkata, “Orang-orang Kristen awal bahkan menolak salib karena (bersifat) pagan. Patung-patung Yesus awal tidak menggambarkan dia di atas salib, tetapi dalam samara ‘Gembala yang Baik’ yang membawa domba.” (Acharya, The Christ Conspiracy)

Churchward mengatakan, “Pada dasarnya Salib merupakan tanda astronomi. Salib dengan lengan sama panjang menunjukkan waktu siang dan malam yang sama panjang, dan merupakan tanda equinox.”

Sedangkan Derek Patridge menyatakan, “Yang ditunjukkan oleh salib dengan lingkaran di dalamnya adalah sebenarnya matahari yang mengecil atau mati di zodiac, dan bukan orang.”

Encyclopedia of Funk and Wagnalls menyebutkan bahwa :Tanda salib sudah digunakan sebagai lambang sebelum zaman Kristen.”

Di Italia di mana terletak Roma yang menjadi salah satu pusat paling awal bagi penyebaran agama Kristen, terdapat salib sebagai peninggalan dari zaman prasejarah.

Salib Keltik Pra-Kristen banyak ditemukan di tepi Sungai Shannon di Irlandia ditemukan dengan gambar relief dewa bumi dan roh hutan. Di Mesir purba, yang memuja dewa-dewi yang mati menebus dosa dengan darah, salib dijadikan lambang keagamaan yang umumnya berbentuk huruf T, yang oleh para ahli disebut dengan Tau. Ada pula salib Tau yang atasnya dipasang sebuah “gagang” yang berupa lingkaran. Lingkaran itu melambangkan kekekalan. Sejarawan barat meyakini bahwa konsep Maria dan Yesus adalah duplikasi dari Isis dan Horus.

Salib yang di atasnya bergagang lingkaran itu melambangkan kekekalan hidup atau kehidupan yang abadi. Salib berlingkaran (crux ansata/salib ankh) biasa dipakai di leher para pendeta Mesir Kuno sebagai kalung. Di kalangan berbagai bangsa purba di sekitar wilayah Mediterania, termasuk Funisia yang bertetangga dengan Palestina, lambang salib Mesir itu juga mengandung pengertian hikmah atau kebijaksanaan rahasia.

Selain Salib Tau terdapat satu jenis salib yang disebut dengan Salib Berlengan Sama Panjang. Salib ini dikenal di seluruh dunia purba. Leh para ahli dikatakan bahwa di kalangan dunia purba salib ini melambangkan keempat unsure (bumi, udara, air, dan api) yang dipandang sebagai sumber penciptaan segala sesuatu. Unsur-unsur itu dipandang segala sesuatu yang tercipta darinya, tidak akan pernah musnah, sekalipun berubah-ubah.

Salib berlengan panjang juga digunakan sebagai pemberi tanda (berupa gambar) pada makanan suci maupun wadah-wadah yang berisi air suci keagamaan. Penggunaan salib ini terdapat di kalangan bangsa-bangsa Assyiria, Babilonia, Persia purba, bahkan di benua amerika sebelum datangnya agama Kristen.

Encyclopedia of Funk aand Wagnalls mengatakan, “Bentuk atau model ini adalah salah satu lambang paling awal yang terkenal yang telah dibuat oleh manusia, dan salah satu lambang yang paling menyebar di kalangan bangsa-bangsa primitive. Lambang ini terdapat di seluruh benua selain Australia, dan merupakan lambang dewa matahari, dari Apollo (Romawi), Odin (Viking) sampai Quetzalcoatl (Aztec). Lambang ini masih bertahan hidup sebagai lambang keagamaan di India di kalngan para penganut agama Budha dan agama lain, serta di China dan Jepang, maupun di kalangan suku-suku Indian di Amerika Utara yang masih meneruskan praktek shaman dan pengobatan perdukunan.”

Bagaimanapun, salib merupakan lambang Dewa Matahari. Karena matahari hanya satu bagi seluruh dunia, maka dengan sendirinya di mana-mana di dunia ini, apabila mereka memuja Dewa Matahari maka lambang dan kepercayaannya akan mirip.

Islam menolak dengan keras doktrin seputar peristiwa penyaliban tersebut, karena hal itu adalah konsep Paganisme dan penyembahan kepada dewa-dewa yang sangat bertentangan dengan konsep mmonotheisme atau Ketuhanan yang Maha Satu.

Allah berfirman dalam Qur’an Surah An-Nisa ayat 156-158 :

“Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan : Sesungguhnya kami telah membunuh Isa almasih anak maryam rasul Allah itu, padahal sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hayalah diserupakan saja kepada mereka seakan-akan Isa itu benar-benar telah mati tersalib. Tetapi sebenarnya Allah telah mengangkat Isa itu kepada-Nya dan Allah itu adalah Maha Besar dan Maha Bijaksana.”

Hingga kini banyak para sejarawan Yahudi dan Barat yang tidak mempercayai teori penyaliban Nabi Isa atau Yesus, dikarenakan dahulu adanya pertentangan dalam bangsa Romawi tentang sejarah hal itu. Hal yang melemahkan teori itu adalah perkataan para tentara Romawi yang mengatakan bahwa wajah orang yahudi terlihat sama semua (seperti kita melihat orang negro, orang cina, atau orang bule terlihat sama semua), dan kejadian penangkapan dalam malam hari.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar