Kamis, 26 September 2013

Meski Serahkan Senjata, Assad Duga AS Nekat Gempur Suriah

Presiden Suriah, Bashar al-Assad, kembali muncul dalam sebuah wawacara terbaru di Damaskus, dengan jaringan televisi Venezuela,Telesur, yang disiarkan kemarin (25/9/2013). Dalam wawancara sekitar 40 menit, Assad mengatakan, bahwa dia tidak mengabaikan, kemungkinan Amerika Serikat akan menyerang Suriah.

Kata Assad, AS tetap berambisi untuk menyerang negaranya, meski senjata kimia yang dimiliki negaranya telah dia serahkan sesuai kesepakatan yang dibuat Rusia dan AS. Dalam wawancara, Assad juga mempunyai pengkuan dari pemberontak, bahwa merekalah yang menggunakan senjata kimia dalam perang sipil yang berkecamuk di Suriah.

”Semua bukti menunjuk, bahwa pemberontak bertanggung jawab atas serangan tersebut,” bunyi pernyataan Assad, dalam wawancara itu, yang dilansirTime, Kamis (26/9/2013). Assad mengaku, pihak berwenang Suriah sudah membongkar semua senjata kimia, termasuk laboraturium milik pemberontak.

Bukti-bukti itu, lanjut Assad, sudah diserahkan kepada Rusia. Dalam pidato di sidang Majelis Umum PBB, Selasa lalu, Obama mengatakan, bahwa dia tidak akan menggunakan kekuatan militer untuk menggulingkan Assad. Tapi Washington dan Moskow, tetap berselisih perihal penanganan terhadap Suriah, jika Assad mengkhianati kesepakatan untuk menyerahkan semua cadangan senjata kimia.

Assad memprediksi, para pemberontak yang ia sebut sebagai teroris, akan memblokir akses inspktur PBB yang masuk ke Suriah, guna mengamankan senjata kimia tersebut. Tak hanya itu, Assad juga blak-blakan, menyampaikan, jika negara-negara lain, termasuk Arab Saudi telah mempersenjatai pemberontak Suriah mempersenjatai. Namun, Assad mengaku tidak memiliki bukti, jika negara-negara tersebut memasok senjata kimia untuk pemberontak.

Assad juga menuduh pemerintahan Obama telah berbohong kepada warga AS, dengan mengklaim memiliki bukti bahwa Pemerintahnya bertanggung jawab atas serangan senjata kimia pada 21 Agustus 2013. Serangan itu diklaim AS telah menewaskan ribuan orang. Tidak hanya Assad yang curiga jika AS akan nekat menyerang Suriah. Sebelumnya, Moskow juga mengkhawatirkan hal serupa.

Rusia menduga, kesepakatan penyerahan senjata kimia Suriah, hanya untuk menunda agresi militer AS terhadap rezim Suriah. ”Sayangnya itu perlu untuk dicatat, bahwa dalam kontak dengan Amerika, hal-hal yang tidak akan begitu lancar. Mereka tidak cukup dengan arah yang seharusya (diplomasi politik),” kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.

”Para pejabat AS selalu menyebutkan, bahwa rencana untuk menghukum Damaskus tetap berlaku. Kami menarik kesimpulan tertentu dari itu, dan menganggap bahwa ancaman agresi yang melanggar hukum internasional sejauh ini hanya tertunda, tidak dihentikan sepenuhnya,” tutur Ryabkov.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar