Invasi Normandia, yang nama kodenya adalah Operasi Overlord, adalah
sebuah operasi pendaratan yang dilakukan oleh pasukan Sekutu saat Perang
Dunia II pada tanggal 6 Juni 1944. Hingga kini Invasi Normandia
merupakan invasi laut terbesar dalam sejarah, dengan hampir tiga juta
tentara menyeberangi Selat Inggris dari Inggris ke Perancis yang
diduduki oleh tentara Nazi Jerman.
Mayoritas satuan
tempur pada serangan ini adalah pasukan Amerika Serikat, Britania Raya,
dan Kanada. Pasukan Kemerdekaan Perancis dan pasukan Polandia ikut
bertempur setelah fase pendaratan. Selain itu, pasukan dari Belgia,
Cekoslowakia, Yunani, Belanda, dan Norwegia juga turut serta.
nvasi
Normandia dibuka dengan pendaratan parasut dan glider pada dini hari,
serangan udara dan artileri laut, dan pendaratan amfibi pagi hari, pada 6
Juni, D-Day. Pertempuran untuk menguasai Normandia berlanjut selama
lebih dari dua bulan, dengan kampanye untuk menembus garis pertahanan
Jerman dan menyebar dari pantai yang sudah dikuasai Sekutu. Invasi ini
berakhir dengan dibebaskannya Paris, dan jatuhnya kantong Falaise pada
akhir Agustus 1944.
Perencanaan Invasi
Pasukan
Sekutu melatih peranan mereka untuk D-Day beberapa bulan sebelum
invasi. Pada tanggal 28 April 1944, di selatan Devon di pantai Inggris,
638 tentara AS dan pelaut tewas ketika Kapal Torpedo Jerman secara
tiba-tiba menyerang mereka saat mereka sedang menjalankan salah satu
dari arahan latihan, Latihan Tiger.
Dalam bulan-bulan
menjelang invasi, pasukan sekutu melakukan operasi penipuan, Operasi
Fortitude, yang bertujuan menyesatkan Jerman sehubungan dengan tanggal
dan tempat invasi.
Ada beberapa kebocoran sebelum atau
pada D-Day. Salah satu kebocoran tersebut adalah teka-teki silang yang
keluar di The Herald and Review enam hari sebelum pendaratan di pantai
terjadi. Beberapa jawaban terdiri dari Overlord, Neptunus, Gold dan
istilah kunci lain untuk invasi, pemerintah AS kemudian menyatakan bahwa
ini hanya kebetulan. Melalui urusan Cicero, Jerman memperoleh dokumen
yang berisi referensi tentang Overlord, namun tidak memiliki
dokumen-dokumen yang merinci semuanya. Double Cross agen, seperti Joan
Pujol (ber nama kode Garbo), memainkan peran penting dalam meyakinkan
Komando Tinggi Jerman bahwa Normandia adalah serangan pengalih perhatian
terbaik. AS Mayor Jenderal Henry Miller, kepala petugas suplai dari US 9
Angkatan Udara, saat pesta di Hotel Claridge di London mengeluh
mengenai masalah penerimaan suplai yang ia alami tetapi itu dikatakan
setelah invasi, yang ia katakan kepada mereka sebelum 15 Juni adalah
suplai menjadi lebih mudah. Setelah diberitahu, Eisenhower menurunkan
pangkat Miller ke kolonel dan mengirimnya kembali ke Amerika Serikat di
mana ia kemudian pensiun. Semacam kebocoran lain adalah pesan radio
Jenderal Charles de Gaulle's setelah D-Day. Dia, seperti semua pemimpin
lain, menyatakan bahwa invasi ini adalah invasi yang sebenarnya. Ini
memiliki potensi untuk merusak serangan tipuan Sekutu, Fortitude Utara
dan Fortitude Selatan. Sebagai contoh, Jenderal Eisenhower menyebut
pendaratan sebagai awal invasi.
Nama Kode
Sekutu
telah menetapkan nama kode untuk berbagai operasi yang terlibat dalam
invasi. Overlord adalah nama yang diberikan untuk penyerangan skala
besar di bagian utara daratan Eropa. Fase pertama, membangun kedudukan
yang aman, diberi nama kode Neptune Menurut D-Day museum :
"Angkatan
bersenjata menggunakan nama kode untuk perencanaan dan pelaksanaan
operasi militer khusus. Operasi Overlord adalah nama kode untuk invasi
Sekutu dari barat laut Eropa. Fase serangan Operasi Overlord dikenal
sebagai Operasi Neptune. (...) Operasi Neptune dimulai pada D-Day (6
Juni 1944) dan berakhir pada tanggal 30 Juni 1944. Pada saat ini, Sekutu
telah membangun kedudukan yang kuat di Normandia. Operasi Overlord juga
dimulai pada saat D-Day, dan berlanjut sampai pasukan Sekutu
menyeberangi Sungai Seine pada tanggal 19 Agustus 1944 "
Perwira
dengan pengetahuan tentang D-Day tidak akan dikirim dimana ada sedikit
bahaya yang tertangkap. Para perwira ini diberi nama kode " Bigot",
berasal dari kata "To Gib" (To Gibraltar), itu tertera pada kertas dari
petugas yang ikut serta dalam invasi Afrika Utara tahun 1942. Pada malam
hari tanggal 27 April, saat latihan Tiger, latihan pra-invasi di lepas
pantai Slapton Sands, beberapa LSTs Amerika diserang oleh Kapal Torpedo
Jerman dan di antara 638 orang Amerika tewas dalam serangan itu dan 308
lebih tewas akibat salah tembak dari teman sendiri, sepuluh " Bigot "
dinyatakan hilang. Invasi bisa dibatalkan jika ada diantara Bigot itu
ada yang tertangkap atau belum diketahui nasibnya, hal ini diberi
prioritas tertinggi dan akhirnya ke sepuluh mayat pun ditemukan.
Persiapan
Persiapan sekutu
Setelah
invasi Jerman terhadap Uni Soviet (Operasi Barbarossa), Sovietlah yang
melakukan mayoritas pertempuran menghadapi Jerman di Eropa. Presiden
Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Winston Churchill pada tahun
1942 menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Britania Raya siap membuka
"front kedua" di Eropa untuk membantu Uni Soviet menghadapi Jerman,
pernyataan ini dinyatakan lagi pada musim semi tahun 1943.
Sebelum
melaksanakan invasi, Sekutu menyiapkan Operasi penipuan terbesar
sepanjang sejarah, Operasi Fortitude. Yaitu Suatu Operasi agar seolah
olah Sekutu meyakinkan Jerman bahwa lokasi pendaratan adalah pelabuhan
sekitar Pas-de-Calais, bukan Normandia. Sekutu menjatuhkan bom lebih
banyak di Pas-De-Calais dari pada di Normandia, Sekutu bahkan
menyebarkan isu tentang FUSAG (First U. S. Army Group), suatu grup
tentara khayalan pimpinan jenderal George S. Patton. Sehingga saat
sekutu mendarat di Normandia, Divisi- divisi Jerman tidak akan
meninggalkan posisinya di Pas-De-Calais karena menunggu Invasi dari
FUSAG, semua itu dilakukan untuk menipu Jerman. Sekutu tidak berhenti
sampai di situ, untuk menipu Jerman sekutu memasang tiruan tank-tank
Sherman, meriam, dan lain lain, semua tiruan itu hanyalah balon yang
dipasang di daerah sekitar Dover, untuk meyakinkan pendaratan Sekutu di
Pas-De-Calais. Sekutu berhasil, sebuah pesawat pengintai Jerman datang
dan memotret semua tiruan tank itu, sehinngga Jerman menyimpulkan bahwa
Sekutu akan mendarat di Pas-De-Calais, bukan Normandia.
Sementara
itu, Britania Raya, di bawah Winston Churchill, ingin menghindari
serangan langsung seperti pada Perang Dunia I yang pasti akan
menyebabkan banyak korban. Mereka juga lebih menyukai menggunakan taktik
terselubung dengan membantu para pemberontak yang diduduki Jerman, lalu
melakukan serangan dari Mediterania, ke Wina, lalu memasuki Jerman dari
selatan. Cara seperti ini juga dianggap dapat membatasi masuknnya
Soviet ke Eropa.
Namun Amerika Serikat menganggap bahwa
cara paling optimal adalah serangan langsung dari markas Sekutu yang
paling dekat dan besar. Mereka sangat menginginkan metode ini, dan
menyatakan bahwa hanya cara inilah yang akan mereka dukung dalam jangka
panjang. Dua proposal awal direncanakan: Operasi Sledgehammer, yang
merupakan invasi untuk tahun 1942, dan Operasi Roundup, yaitu invasi
lebih besar pada tahun 1943. Proposal yang kedua diterima, lalu diganti
namanya menjadi Operasi Overlord dan ditunda sampai 1944.
Sekitar
6.900 kendaraan laut, termasuk 4.100 kendaraan pendarat, digunakan
untuk invasi ini, dipimpin oleh Admiral Bertram Ramsay. Kemudian 12.000
pesawat terbang, termasuk 1.000 pesawat pembawa penerjun payung, berada
di bawah Marsekal Udara Trafford Leigh-Mallory. 10.000 ton bom akan
dijatuhkan ke pertahanan Jerman, dan pesawat-pesawat ini akan melakukan
14.000 misi serangan.
Peralatan khusus
Untuk
melancarkan jalannya invasi ini, Sekutu mengembangkan banyak peralatan
khusus. Mayor-Jenderal Percy Hobart ditugaskan untuk mengetuai
pengembangan kendaraan lapis baja khusus. Kendaraan-kendaraan ini, yang
dijuluki Hobart’s Funnies, antara lain tank yang bisa berenang Sherman
Duplex Drive, tank pembersih ranjau, tank pembuat jembatan, tank pembuat
jalanan, dan tank khusus untuk menghancurkan gedung beton. Pengetesan
kendaraan-kendaraan ini dilakukan di Kirkham Priory di Yorkshire,
Inggris.
Selain kendaraan lapis baja, dibuat juga dua
pelabuhan buatan Mulberry Harbour agar bisa mendatangkan persediaan
secara cepat, ditambah dengan tidak adanya pelabuhan laut dalam di
lokasi pendaratan. Untuk mengirimkan bahan bakar dari Inggris, Sekutu
menjalankan Operasi PLUTO (Pipe Line Under The Ocean), yaitu jalur pipa
bawah laut.
Persiapan Jerman
Pada tahun
1942 dan 1943, Jerman menganggap bahwa kemungkinan serangan Sekutu dari
barat sangat kecil. Persiapan menghadapi invasi hanya berupa pembangunan
fortifikasi yang melindungi pelabuhan-pelabuhan utama oleh Organisasi
Todt.
Pada akhir 1943, berkumpulnya kekuatan Sekutu di
Inggris menyebabkan Komandan Bagian Barat Jerman, Marsekal Medan Gerd
von Rundstedt, untuk meminta tambahan pasukan. Pasukan yang dimiliki
sebelumnya hanya merupakan formasi statik saja, tanpa alat-alat
transportasi dan peralatan dukungan. Selain itu pasukan itu terdiri dari
tentara yang tidak sempurna secara fisik (misalnya orang-orang yang
kehilangan jarinya oleh dinginnya Front Timur), atau merupakan wajib
militer Polandia dan negara non-Jerman lainnya.
Selain
tambahan pasukan, von Rundstedt mendapatkan anak buah baru, Marsekal
Medan Erwin Rommel. Rommel awalnya hanya ditugaskan untuk memeriksa
Tembok Atlantik, namun kemudian meminta untuk diberi tugas memimpin
pasukan pertahanan Perancis utara, Belgia, dan Belanda. Permintaan ini
dipenuhi dan pasukan yang dipimpinnya digabungkan dalam Grup B Angkatan
Darat pada Februari 1944.
Pendaratan
Pendaratan udara
Pendaratan
udara dilakukan untuk merebut posisi-posisi kunci, dengan tujuan
memblokir serangan balik Jerman, mengamankan bagian samping pendaratan
laut, dan melancarkan pergerakan pasukan laut dari pantai. Divisi Lintas
Udara Amerika Serikat ke-82 dan 101 ditugaskan untuk mengamankan
samping barat, dan Divisi Lintas Udara ke-6 Britania Raya ditugaskan ke
samping timur.
Pendaratan udara Britania Raya
Di
timur lokasi pendaratan laut, terdapat wilayah yang terbuka dan datar,
yang ideal untuk serangan kendaraan lapis baja Jerman. Namun, wilayah
terbuka tersebut dan lokasi pendaratan laut dipisahkan oleh Sungai Orne,
yang mengalir dari Caen sampai Tanjung Seine. Satu-satunya
penyeberangan sungai ini di utara Caen berada tujuh kilometer dari
lokasi pendaratan laut, yaitu di dekat Bénouville dan Ranville. Untuk
Jerman, ini merupakan satu-satunya rute untuk serangan balik dari
samping timur, sementara bagi Sekutu, penyeberangan ini sangat penting
untuk serangan ke Caen.
Objektif taktis Divisi Lintas
Udara ke-6 Britania Raya adalah merebut jembatan-jembatan penyebrangan
di Bénouville-Ranville, bertahan menghadapi serangan balik Jerman,
menghancurkan meriam artileri di Merville yang menembak ke Pantai Sword,
dan menghancurkan lima jembatan di Sungai Dives.
Pendaratan udara Amerika Serikat
Pendaratan
udara Amerika Serikat dilakukan oleh Divisi Lintas Udara ke-82 (Operasi
Detroit) dan 101 (Operasi Chicago). Pada saat pendaratan, para penerjun
payung tersesat dan tidak dapat berkumpul dengan baik. Ini dikarenakan
oleh lokasi pendaratan yang tidak ditandai, cuaca yang buruk, dan medan
yang sulit. Setelah 24 jam, hanya 2.500 dari 6.000 anggota Divisi Lintas
Udara 101 yang telah bergabung kembali. Tetapi, tersebarnya pasukan
penerjun payung Amerika Serikat membantu membingungkan tentara Jerman.
Pada
pagi hari tanggal 6 Juni, Divisi Lintas Udara ke-82 berhasil merebut
Sainte-Mère-Église, kota pertama yang direbut pada invasi ini.
Pantai Sword
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi9iGijtJvMrveDGTVq66BiEjOxs94JtjRwfxJ3m6W5vIczgRtPLAhmhn6x2tv82W-SixAHZf5dkafclD3DblMAyezX7R2SpiptOXerNjBMkMkG3ep8CkJwCQALHc87WvyjINR8wxIVZM/s1600/240px-Infantry_waiting_to_move_off_Queen_White_Beach.jpg)
Serangan pada Pantai Sword dimulai pada jam 03.00 dengan serangan
udara ke pertahan laut dan artileri Jerman. Serangan artileri laut
dimulai beberapa jam kemudian. Pada jam 0730, satuan-satuan pertama
berhasil mendarat di pantai. Satuan ini adalah satuan tank Sherman DD
milik Hussar ke-13/18, yang diikuti oleh infanteri Brigade ke-8.
Pada
Pantai Sword, infanteri Britania Raya berhasil mendarat dengan sedikit
korban. Pada akhir hari itu, mereka berhasil maju sejauh delapan
kilometer, tetapi gagal mendapatkan target ambisius Montgomery,
khususnya Caen yang merupakan objektif utama, yang tetap dikuasai Jerman
sampai akhir D-Day.
Pantai Juno
Pasukan
Kanada yang mendarat di Pantai Juno berhadapan dengan 11 meriam berat
155 mm dan 9 meriam sedang 75 mm, juga senapan mesin, bunker, dan
fortifikasi beton lainnya. 50% gelombang pertama yang mendarat tewas,
pendaratan ini adalah pendaratan pantai dengan jumlah korban tertinggi
ke-2 setelah Pantai Omaha. Pemakaian Sherman DD termasuk sukses di
Pantai Juno, dengan beberapa, sesuai rencana, sampai duluan sebelum
infanteri dan membantu menghancurkan pertahanan Jerman.
Pantai Gold
Korban
juga banyak pada Pantai Gold, di mana kedatangan tank perenang Sherman
DD tertunda, dan Jerman telah memfortifikasi sebuah desa di pantai
dengan baik. Namun Divisi Infanteri ke-50 berhasil mengalahkan
pertahanan ini dan maju sampai dekat Bayeux. Divisi ini adalah salah
satu yang paling jauh mendekati objektif utamanya.
Pantai Omaha
Pendaratan
di Pantai Omaha merupakan pendaratan yang paling banyak memakan korban.
Elemen Divisi Infanteri ke-1 dan ke-29 Amerika Serikat berhadapan
dengan Divisi Infanteri ke-352 Jerman, salah satu divisi yang paling
berpengalaman di invasi pantai ini. Intelijen Sekutu gagal mengetahui
bahwa Divisi Infanteri Statik ke-714 yang relatif berkualitas rendah
digantikan oleh Divisi ke-352 beberapa hari sebelum invasi. Omaha
merupakan pantai dengan pertahanan yang paling berat, dan serangan udara
serta artileri sebelum invasi ternyata tidak efektif.
Di
bagian timur, 27 dari 32 tank Sherman DD tidak sampai ke pantai. Di
bagian Barat, tank DD berhasil mendarat namun banyak yang hancur oleh
artileri Jerman. Data resmi mengatakan bahwa "10 menit setelah mendarat,
kompi [pemimpin] menjadi tidak berfungsi, tanpa komandan, dan hampir
sama sekali tidak bisa bertempur. Setiap perwira dan sersan telah tewas
atau terluka [...] Ini berubah menjadi perjuangan untuk bertahan dan
penyelamatan". Korban pada Pantai Omaha sampai 2.400 orang pada jam-jam
pertama. Beberapa komandan sempat ingin mundur dari pantai itu, tetapi
beberapa satuan kecil membentuk tim-tim ad hoc yang akhirnya berhasil
menguasai pantai dan maju masuk ke daratan.
Pointe du Hoc
Point
du Hoc merupakan tempat penempatan meriam yang berada pada tebing beton
tinggi. Di sini, Batalyon Ranger ke-2, yang dipimpin oleh James Earl
Rudder, ditugaskan untuk memanjat tebing-tebing setinggi 30 meter
tersebut dengan menggunakan tali, lalu menghancurkan meriam-meriam di
atas, yang diperkirakan menembak ke Pantai Omaha dan Utah. Tetapi
setelah tiba di atas tebing ternyata meriam-meriam tersebut sudah
dipindahkan. Para Ranger kemudian maju masuk ke daratan lalu akhirnya
menemukan dan menghancurkan meriam-meriam tersebut.
Pantai Utah
Pendaratan
di Pantai Utah merupakan pendaratan dengan korban paling sedikit.
Divisi Infanteri ke-4 yang mendarat di pantai ini ternyata mendarat di
tempat yang salah karena arus yang mendorong kendaraan pendarat mereka
ke arah tenggara, ke daerah yang tidak dijaga dengan baik. Divisi ini
kemudian maju ke daratan dengan mudah, ditambah dengan bantuan dari
Resimen Infanteri Parasut ke-502 dan 506. Dengan korban yang sangat
sedikit, mereka juga dapat bergerak dengan cepat, dengan tingkat
kesuksesan yang sangat tinggi.
Setelah pendaratan
Setelah
pantai dikuasai, dua pelabuhan buatan Mulberry Harbour diderek melalui
Selat Inggris dan selesai dirakit pada D+3 (9 Juni). Satu dibuat di
Arromanches oleh pasukan Britania Raya, dan satu lagi di Pantai Omaha
oleh Amerika Serikat. Pada tanggal 19 Juni sebuah badai menunda kegiatan
pengiriman persediaan dan menghancurkan pelabuhan buatan di Pantai
Omaha. Ketika itu, Britania Raya sudah mendaratkan 314.547 orang, 54.000
kendaraan, dan 102.000 ton persediaan. Sementara Amerika Serikat telah
mendaratkan 314.504 orang, 41.000 kendaraan, dan 116.000 ton persediaan.
Cherbourg
Di
bagian barat invasi, pasukan Amerika Serikat ditugaskan untuk menguasai
Semenanjung Cotentin, khususnya Cherbourg, yang memiliki pelabuhan laut
dalam. Wilayah di belakang pantai Utah dan Omaha dicirikan oleh bocage,
yaitu parit kuno dan pagar tanaman yang tebalnya sampai tiga meter,
tersebar setiap 100 sampai 200 meter, membuatnya sangat menyulitkan
untuk tank, peluru, dan penglihatan, dan menjadi tempat bertahan yang
ideal. Infanteri Amerika Serikat maju menuju Cherbourg dengan lambat,
dan dengan banyak korban. Bagian ujung semenanjung baru didatangi pada
18 Juni. Setelah melawan pasukan Sekutu dengan gigih, komandan
Cherbourg, Letnan Jenderal von Schlieben, akhirnya menyerah setelah
sebelumnya sempat menghancurkan pelabuhan Cherbourg, yang membuat
pelabuhan itu baru bisa dipakai pada pertengahan Agustus.
Caen
Caen
dianggap sebagai objektif yang penting oleh Montgomery, maka Caen
menjadi target beberapa serangan. Serangan pertama adalah Operasi Perch,
yang mencoba menyerang Jerman lewat samping di Villers-Bocage. Tapi
serangan ini dihentikan oleh Jerman pada Pertempuran Villers-Bocage.
Usaha serangan sempat tertunda karena badai yang menghentikan laju
persediaan pada 17 sampai 23 Juni, walau begitu, serangan balik Jerman
bisa dihentikan pada Operasi Epsom, dikarenakan serangan balik tersebut
sudah diketahui oleh intelijen. Caen kemudian dihujani bom dari pesawat,
dan bagian utaranya berhasil diduduki pada Operasi Charnwood, 7 sampai 9
Juli. Ini kemudian dilanjutkan dengan serangan besar-besaran yang
dipimpin Jenderal Miles Dempsey, yang diikuti oleh seluruh divisi lapis
baja Britania Raya, Operasi Goodwood, 18 sampai 21 Juli, berhasil
menguasai sisa Caen beserta dataran tinggi di bagian selatannya.
Menembus garis pantai
Strategi
penting yang dilakukan Montgomery adalah membuat Jerman memfokuskan
pasukan cadangan mereka ke bagian timur invasi agar garis pertahanan
Jerman bisa ditembus di bagian barat. Strategi ini berhasil, dan setelah
Operasi Goodwood, Jerman telah memobilisasikan sisa pasukan cadangan
mereka untuk menghadapi pasukan Britania Raya dan Kanada di selatan
Caen. Operasi untuk menembus garis pantai (beachhead), yang dinamakan
Operasi Kobra, dilakukan pada tanggal 24 Juli oleh First Army Amerika
Serikat. Operasi ini berhasil dengan baik, Korps VIII berhasil menembus
pertahanan Jerman dan memasuki Coutances, di bagian barat Semenanjung
Cotentin, pada 28 Juli.
Montgomery lalu melanjutkan
serangan di bagian barat dengan bergerak ke selatan, kemudian
divisi-divisi lapis baja Britania Raya dibuat ikut maju ke selatan
bersama dengan Third Army Amerika Serikat pada Operasi Bluecoat, 30 Juli
sampai 7 Agustus. Serangan ini berhasil membuat Jerman terpaksa
mengalihkan pasukan ke arah barat, yang kemudian ditindak-lanjuti oleh
Britania Raya dan Kanada yang maju dari Caen pada Operasi Totalize, 7
Agustus.
Kantong Falaise
Dengan hampir
terkepungnya Jerman oleh pasukan Sekutu, Komando Tinggi Jerman
menginginkan pasukan cadangan Jerman dari daerah sekitar untuk membantu
mundurnya pasukan Jerman ke sungai Seine. Namun keinginan ini ditolak
oleh Hitler, yang memerintahkan serangan ke Mortain, bagian barat
kantong Falaise, pada 7 Agustus. Serangan ini dimentahkan oleh Sekutu,
yang lagi-lagi mendapat pemberitahuan duluan oleh intelijen. Rencana
awal Sekutu setelah itu adalah untuk mengitari pasukan Jerman sampai
sejauh lembah Loire, tetapi Jenderal Omar N. Bradley menyadari kalau
pasukan Jerman sudah tidak bisa bergerak, dan setelah mendapat
persetujuan dari Montgomery, ia memerintahkan untuk langsung menuju ke
utara dan mengepung Jerman. Perintah ini dilaksanakan oleh George S.
Patton, pasukannya bergerak hampir tanpa perlawanan melalui Le Mans,
lalu ke utara menuju Alençon. Pasukan Jerman akhirnya terkepung pada
tanggal 21 Agustus, dengan 50.000 tentara Jerman terperangkap di kantong
Falaise.
Paris berhasil direbut tak lama kemudian.
Pemberontak Perancis berdiri menghadapi Jerman pada 19 Agustus, dan
Divisi Lapis Baja ke-2 Perancis yang dipimpin Jenderal Jacques Leclerc,
bersama dengan Divisi Infanteri ke-4 Amerika Serikat menerima penyerahan
pasukan Jerman di Paris pada 25 Agustus.
Penutupan invasi
Kampanye
Normandia menurut beberapa sejarawan berakhir pada tengah malam 24-25
Juli 1944, yaitu pada awal Operasi Kobra, atau pada tanggal 25 Juli,
dengan direbutnya Sungai Seine. Rencana awal Operasi Overlord
memperkirakan kampanye sepanjang 90 hari di Normandia, dengan tujuan
akhir mencapai Sungai Seine; target ini tercapai dengan lebih cepat.
Pihak Amerika Serikat berhasil mencapai target mereka lebih awal dengan
penembusan besar pada Operasi Kobra.
Kemenangan Sekutu
di Normandia kemudian dilanjuti dengan usaha untuk menguasai perbatasan
Perancis, dan Jerman terpaksa mengirim pasukan dan sumber daya dari
Front Timur dan Italia untuk membantu pasukan mereka di front baru ini.